Demisioner "Squads cherry" DEMA FKIP UNS 2016
Bahwa perempuan lebih sering
khatam menempuh perjalanan cinta seperti itu. Diamnya emas. Kehormatannya
semakin mengagumkan dengan tanpa kata-kata dalam jatuh cinta. Ia sadar, bahwa
segala cinta harus bersandar pada-Nya. Ia sadar, mencintai ialah tentang mengikhlaskan
bagaimanapun gembiranya, atau bahkan perihnya. Hidup bersama ataupun tidak pada
akhirnya, tak pernah menyurutkan tekadnya untuk terus berikhtiar yang diimbangi
dengan doa.
Perempuan dan perasaan ialah
manusia dan darah. Tak terpisahkan. Mengalir, memberi kehidupan. Bahwa
perasaanlah yang membuat perempuan menjadi lebih hidup pada kehidupannya. Bahwa
perasaan membuat perempuan mengerti arti ketulusan, kelembutan, hingga
kenyamanan.
Perempuan dengan diamnya ialah
pohon besar di tengah tanah lapang. Tak pernah bersuara, selalu tangguh dengan
caranya. Namun rimbunnya menenangkan. Ia menyejukkan. Ada yang mungkin tak kamu
ketahui, ialah akarnya yang jauh membumi, bahkan lebih panjang dibandingkan
tingginya yang menjulang ke angkasa. Siapa yang tahu kalau ternyata perasaan
seorang perempuan jauh lebih dalam dari apa-apa yang lelaki pikirkan. Lelaki
selalu tertinggal beberapa langkah di belakang untuk masalah seperti ini,
sedang perempuan telah berada jauh di depan bahkan telah hampir selesai dengan urusannya.
Perempuan pada perasaannya
selalu yakin pada setiap harapan yang telah ia bangun. Walau seringkali tak
mampu diterima oleh logika, hitungan matematika, atau konsep sebab akibat.
Namun perempuan mampu melewatinya. Walaupun gagal, kadang tak menemui ujungnya,
tak sampai pada tujuannya, namun keyakinannya akan satu hal membuatnya jauh
lebih berharga dari hasil itu sendiri. Mereka berproses, dan mereka telah
menemui hasil masing-masing dari proses yang telah dilakukan.
Pada akhirnya…
Selamat menjelajah.
Mimosa Pudica
Sorong, on 13 july 2018
Komentar
Posting Komentar