i don't think there is any truth, there are only points of views.
Dan nyatanya kebahagiaan itu berpulang pada jiwa masing-masing.
Terlalu cepat untuk mendakwa bahwa lantaran perasaan kita sama, lantas akan membuat kita disandingkan oleh-Nya menjadi satu pasangan jiwa. Aku memilih meluruhkan perasaanku pada setiap bait-bait do'a pada-Nya. Semoga yang aku iyakan hari lalu menjadi yang pantas untuk diriku, begitu pun dengan aku, semoga aku selalu menjadi yang pantas untukmu. Bukankah DIA selalu memasangkan dua insan yang saling memantaskan diri? Aku menghaturkan baris demi baris harapanku pada-Nya, agar tak ada kecewa yang akan diterima nantinya, karenaku.
Bukan aku yang memilih untuk menjatuhkan hati padamu. Aku tak memiliki sedikit pun kuasa untuk mengatur pada siapa harusku serahkan perasaanku. Ia datang begitu saja tanpa meminta sekalimat pun alasan. Ia memekarkan jiwa yang tadinya 'dikerontangkan' kekosongan. Aku tetiba disadarkan pada satu detak yang tak biasa. Semua bermuara pada-Nya, maka pada-Nya pula aku serahkan setiap dentuman yang Dia ciptakan dalam ceruk dada.
Ada kekuatan yang dititipkan Tuhan agar aku tak mampu memandangi kedua belah matamu. Kekuatan itu bernama jarak, dan jarak itu sesungguhnya adalah waktu. Waktu untuk kita belum jua datang. Apakah aku masih sanggup menunggu bersemainya durasi-durasi panjang untuk kita bersama? Entahlah. Waktu membuat rinduku semakin merekah. Rindu yang tak semestinya aku geletaki pada ruang-ruang terbuka sehingga berharap kau segera melihat dan menjemputnya.
Rindu ini akan kuletakkan di atas izin-Nya, berharap nanti mas bersedia datang untuk memeluknya.
Aku sadar akan semua ketidakpastian itu. Jika akhirnya rasaku harus terlepas dan rindu itu tak lagi ada, maka biarlah waktu yang akan menuntun apakah ia akan kembali atau tidak. Biarkan rindu itu sendiri mencari kemana ia akan kembali. Biarlah rindu itu yang mencari siapa pemiliknya yang sejati.
Akhirnya, kita tetap akan menyerahkan segala urusan kepada-Nya. Sama halnya dengan aku, aku menyerahkanmu pada-Nya. Lagi dan lagi. Aku kembali menyerahkan urusan perasaanku pada-Nya. Dia-lah yang akhirnya memiliki kehendak untuk menyatukan jarak antara kita. Dia yang memiliki Kuasa untuk mempertemukan waktu kita berdua. Namun jika akhirnya aku bukan untukmu, itu artinya rinduku masih harus menyusuri perjalanan panjang dengan haluan yang berbeda. Aku tak akan memelas kepada Sang Pemilik Cinta untuk dipersatukan denganmu. Sekali lagi, tiada lain yang bisa aku lakukan selain memantaskan diri agar rinduku tak mendustakan tuannya. Ia masih tetap menunggu hati yang tepat untuk kembali pulang.
::: Mimosa Pudica :::
Komentar
Posting Komentar